Kapten Yang Paling Disegani di MU
Dari semua cerita sepanjang dia dengan status sebagai pemain— Agen Slot Terpercayakhususnya saat mengenakan seragam Man United—ada satu yang paling menggambarkan personalitasnya, yakni pada laga semi-final putaran kedua Liga Champions UEFA 1998/99 hadapi Juventus pada 21 April 1999.
Saat Man United mencatat treble (tiga gelar: Liga Primer, Piala FA, dan Liga Champions) pada 1999, peristiwa yang paling jadi ringkasan ialah saat Ole Gunnar Solskjær menjulurkan kaki kanannya di tiang jauh untuk cetak gol paling simpel yang paling khusus di injury time. Tetapi untuk Roy Keane, peristiwa terpenting malah terjadi pada laga awalnya.
Pada semi-final putaran pertama di Old Trafford, Setan Merah bermain seri 1-1 dengan Juventus. Kesebelasan Juventus waktu itu diisikan oleh beberapa pemain iconic seperti Zinedina Zidane, Filippo Inzaghi, Didier Deschamps, Antonio Conte, Edgar Davids, dan Alessandro Del Piero (waktu itu tidak bermain). Hasil seimbang itu membuat Juventus difavoritkan di putaran kedua di Stadio delle Alpi, Turin.
Waktu itu United sudah dikenali mempunyai watak tidak mudah menyerah. Togel Hari Ini Tetapi itu seakan menguap pada 11 menit awalnya putaran kedua. Striker yang Sir Alex Ferguson labeli "lahir offside", Filippo Inzaghi, cetak 2 gol untuk membikin Juventus unggul 2-0 (agregat 3-1). United perlu minimal cetak 2 gol untuk bisa lolos dengan away goal.
Pada peristiwa itu, Keane tak pernah sangsi bila United tidak dapat bangun. Detik yang mengganti segala hal, membuat United betul-betul dapat yakin dan bangun, ialah saat dia cetak gol lewat tandukannya pada menit ke-24.
David Beckham mengirim umpan akurat dari tendangan sudut, Keane memandang bola dengan tajam, tatapan yang menggambarkan watak pantang menyerahnya, matanya tidak pernah terlepas dari bola. Dia lari tembus kotak penalti seperti peluru, tinggalkan Gianluca Pessotto yang mengawasinya, dan menaklukkan Zidane—pemain yang cetak 2 gol tandukan di final Piala Dunia 1998—di udara. Bola masuk ke tiang jauh gawang Angelo Peruzzi.
Dia tidak rayakan golnya. Dia cuma tos dengan Jesper Blomqvist, Ronny Johnsen, dan Denis Irwin, sekalian langsung lari ke segi lapangannya sendiri; tidak sabar untuk sepak mula kembali sekalian seakan berbicara, "Mari, kita baru memulai!"
"Saya tidak ngomong itu ialah gol paling penting yang sempat saya bikin. Dari semua gol yang saya buat, dan saya tidak buat sampai beberapa ratus gol, penggemar United selalu mengulas gol itu, kemungkinan dari pemikiran mereka itu [penting]. Pada waktu itu, saya tidak tahu, itu bisa jadi cuma menjadi gol selingan, tetapi pada akhirannya berperanan kecil membuat kami bisa lolos [ke final]," kata Keane, diambil dari majalah FourFourTwo.
Keane lalu memperoleh kartu kuning tidak sampai 10 menit sesudah gol itu. Kartu kuning itu membuat tidak dapat tampil di final bila Man United bisa lolos.
"Reaksiku saat bisa kartu kuning ialah `oh, f**k`. Saya tahu saya akan mangkir di final," ucapnya, seakan dia percaya United tentu ke final. "Pada masa lampau saya mempersalahkan Jesper Blomqvist karena umpannya membuat saya lakukan pelanggaran itu. Dia dapat mengoperkan lebih bagus dari itu. Kupikir Jesper sempat akui dan berbicara bila saya semestinya mengatur bola lebih bagus. Dan kamu ketahui? Sebenarnya, dia betul."
Tahu jika dia akan mangkir, itu tidak membuat bermainnya melembek. Dia terus menggerakkan teamnya, memberikan inspirasi, memberikan contoh dan panutan sebagai kapten, sekalian sekalian merusak psikis rivalnya.
Peter Schmeichel bermain lebih bagus sesudah gol itu, begitupun beberapa pemain yang lain. Beberapa pemain Juventus hilang fokus kemudian. Pada akhirannya United sukses cetak 2 gol kembali lewat Dwight Yorke dan Andrew Cole. United menang 3-2 dan maju ke final.